Memahami Diri Sendiri

QS: Al Baqarah 214

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ
وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

Pada ayat tersebut dijelaskan kepada kita, ingin bahagia / sukses dunia akhirat tapi tidak mau berusaha / bersusah payah dahulu. Bisakah kita sukses tanpa usaha? Kenapa harus menyalahkan keadaan ketika kita gagal? Ingat, semua ada sunnatullahnya, ada hal2 yang harus kita lakukan jika ingin sukses.

Terkadang melihat kondisi orang lain, ntah itu teman, saudara, yang selalu merasa tidak puas dengan kondisi hidupnya. Merasa hidupnya jauh dari kebaikan / keberuntungan, menyesal telah dilahirkan karena menganggap diri sendiri sebagai orang yang tidak berguna. Dan masih banyak lagi sikap2 yang menunjukkan rasa ketidak puasan.
Padahal, seandainya kalau kita mau merenung sejenak. Banyak sekali nikmat yang bisa kita dapatkan. Seperti nikmat telah dilahirkan secara normal, tidak ada bagian tubuh yang cacat, dilahirkan dengan kondisi orang tua yang menyayangi (walaupun di beberapa kasus ada bayi yang tidak diinginkan kelahirannya). Ya, kita memang tidak bisa memilih ingin dilahirkan seperti apa, oleh orang tua seperti apa, kaya raya / miskin, baik / buruk akhlaknya, disayangi / dibenci oleh orang tuanya. Kita tidak bisa memilih…
Tapi yakinlah, semua itu pasti ada jalanNya. Allah menciptakan kita dengan maksud / tujuan. Banggalah karena kita diciptakan dengan keadaan yang sebaik2nya.
Percaya bahwa setiap masalah pasti ada penyelesaiannya. Jadikan orang lain sebagai media untuk membantu masalah yang sedang kita hadapi selama orang tersebut dapat membantu kita.

Penulis pernah mencoba bertanya kepada seorang teman seperti ini, “Bagaimana caranya memahami orang lain ya?” “Memahami diri sendiri saja susah, ngapain memahami orang lain??? “, jawab teman itu.

Ini dikarenakan sikap “merasa bisa” itu mudah. Tapi “bisa merasa”, itu yang sulit. Banyak orang yang merasa bisa melakukan hal-hal yang sebenarnya berat. Merasa bisa semua hal. Sangat percaya diri, merasa sangat yakin dengan suatu hal meski sebenarnya hal itu merupakan tanggung jawab yang besar. Padahal segala sesuatu harus diukur secara objektif dari kemampuan diri. Masalahnya adalah, sedikit orang yang bisa membaca dan merasakan kemampuan dirinya secara objektif dan jujur. Jika seseorang tidak mampu merasakan apa yang ada pada dirinya, bagaimana ia bisa merasakan apa yang ada dan dirasakan orang lain? Di sinilah awal munculnya sikap egois, acuh,sombong dan boleh jadi melahirkan perbuatan zalim kepada orang lain.

Manusia juga memiliki banyak dimensi, baik yang bersifat lahir (fisik) maupun batin (psikis), yang tampak maupun yang tidak tampak (abstrak), terkadang apa yang dipikirkan, tidak seimbang dengan yang dilakukan. Oleh karena itu manusia kadang disebut tidak konsisten.

Lantas bagaimana caranya untuk memahami diri sendiri? Cara2 dibawah ini merupakan kumpulan cara yang penulis dapatkan dari pengalaman pribadi ataupun orang lain.

1. Intropeksi diri
Sediakan waktu luang untuk diri sendiri, mencari tempat yang nyaman dengan suasana yang tenang pula pastinya. Biasanya lebih nyaman di ruang kamar. Mulailah dengan menuliskan sikap2 yang ada pada diri Anda selama ini, sikap baik – buruk pada sebuah kertas / buku. Jika Anda kesulitan untuk mengetahui sifat/sikap baik-buruk Anda, minta orang lain untuk mengevaluasi Anda. Cobalah mengingat bagaimana munculnya sifat/sikap tersebut, karena sifat/sikap itu bisa muncul dari bentukan keluarga / faktor lingkungan (masyarakat).

2. Bersikap objektif menerima kelebihan dan kekurangan pada diri
Karena dengan bersikap objektif, kita dapat mengukur potensi dalam diri. Dapat menutupi kekurangan dengan kelebihan, dapat menempatkan diri dengan baik, bagaimana harus mengasah kemampuan, bagaimana harus bersikap rendah diri ketika dipuji orang lain, dsb.

3. Berteman dengan banyak orang
Banyak manfaat ketika kita memiliki banyak relasi, karena kita dapat berdialog dengan orang lain, mengerti karakter orang lain, bagaimana harus bersikap dengan orang lain. Dan yang utama adalah dapat membangun sikap percaya diri pada kita. Tapi terkadang kepercayaan diri yang terlalu kuat, menjadikan orang tidak peduli dan tidak mau tahu dengan kondisi orang lain. Asyik merumuskan langkah-langkah untuk pengembangan dan keuntungan diri sendiri, lalu melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Untuk itulah kita harus menjalin komunikasi yang baik ke banyak orang. Kita harus mencari banyak-banyak informasi tentang berbagai hal. Bertukar pikiran dan berdiskusi sehingga kita mengetahui keadaan dan lebih memahami kondisi kita masing-masing.

Untuk bisa menjalin komunikasi dengan baik, kita harus mampu mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain dengan baik juga. Seorang ahli komunikasi Australia mengatakan bahwa lebih dari 75% informasi yang diterima oleh telinga seringkali tidak dimengerti ataupun cepat dilupakan. Karena berkomunikasi adalah untuk menyampaikan pesan dan menerima pesan dari orang lain, maka kita harus dapat menjadi pendengar yang baik. Menerima dahulu perkataannya sampai selesai, kemudian memikirkannya, setelah itu baru memberi jawaban. Kesalahpahaman sering ditimbulkan karena kita tidak mau menjadi pendengar yang baik. Seperti juga yang dikatakan oleh ahli hikmah, “Manusia diciptakan dengan memiliki dua telinga dan satu mulut, adalah karena ia lebih dituntut untuk banyak mendengar ketimbang banyak berbicara.” Dari banyak mendengar dan berkomunikasi, kita bisa menyerap kritik, masukan, saran, dan berbagai sudut pandang lainnya. Kita bisa terbuka menerima ide-ide baru, ilmu-ilmu baru, dan pengertian-pengertian baru. Sehingga, dengan berteman oleh banyak orang. Diharapkan mampu membantu kita untuk menempatkan diri dengan baik ketika berhadapan dengan orang lain yang berbeda karakter.

4. Jangan pernah melupakan ada kehidupan setelah ini
Menurut penulis, salah satu motivator utama dalam hidup ini adalah tidak melupakan “masa depan”. Karena setiap jiwa yang hidup akan dimintai pertanggungjawaban, belajarlah menyukai diri Anda sendiri, belajarlah memahami maksud Allah dalam penciptaan manusia, belajarlah memahami semua nikmat yang telah Allah berikan untuk memenuhi kebutuhan makhluk2Nya. Belajarlah memahami bahwa kehidupan ini hanya sementara, jangan selalu melihat keatas, tapi jangan juga terlalu melihat kebawah. Seimbangkan semua..
Sekali lagi, karena dengan banyak bersyukur kepada Allah, kita akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi, sayangilah dirimu, jangan sakiti dirimu dengan hal2 yang konyol. Ia menciptakanmu dengan tujuan yang baik, Ia akan meminta pertanggungjawaban darimu, persiapkan itu semua dengan baik 🙂

Mulai saat ini dan seterusnya, Saya berjanji untuk terus melakukan yang terbaik dalam hidup Saya. Membayar harganya dimuka dan komitmen 100% dengan sikap terbaik Saya. Mencetak karya dan prestasi, juga dalam mencapai impian-impian Saya, demi orang-orang yang saya cintai! (dikutip dari kata2 motivasi di sebuah situs di internet).

Kita bisa karena kita mau berusaha, Semangat!! 🙂

– sekian dulu ulasan tentang motivasi diri semoga bermanfaat, kurang lebihnya mohon maaf, next time lanjut lagi 🙂 –

Categories: Coretan | Leave a comment

Post navigation

Leave a comment

Blog at WordPress.com.